1/29/2011
1:36 AM
Hari ini kumerasakan semangatku kian menipis. Semangat untuk kuliah, semangat untuk berinteraksi dengan teman-teman dan semangat untuk bangkit dan tertawa.
Pagi tadi, berbeda dengan hari-hari sebelumnya dimana ketika saya membuka mata dari tidur lelapku aku akan memikirkan target-target pencapaian untuk hari itu. Baik itu target ibadah yaumian (berapa lembar tilawah, berapa rakaat shalat dhuha’, shalat berjamaah) maupun target dalam proses kuliah (keaktifan). Tapi pagi tadi, hal pertama yang kupikirkan adalah bolos kuliah.
Setelah shalat shubuh, kucoba untuk menyelesaikan tugas menulisku kemudian beranjak ke pembaringan. Ada perasaan suntuk, jenuh, dan hampa. Seolah-olah ada sesuatu yang hilang dengan diriku pagi itu.
Kucoba untuk bercengkrama dengan teman atau mendengar musik kesukaanku, tapi perasaan ku tidak berubah. Akupun terlelap dalam posisi tengkurap di atas pembaringan diiringi instrument yang kuharapkan bisa menenangkan hatiku seperti hari-hari sebelumnya. Tapi bukannya menenangkan, malah membuatku masuk jauh kedalam perasaan yang tak keruan dan akhirnya terlelap.
Kurasakan tangan hangat temanku menyentuh kakiku.
“Sarapan dek, dah hampir stengah delapan lo” katanya. Oh iya, jam 07.30 pagi ada rutinitas apel yang dilaksanakan setiap hari senin sampe hari jum’at sebelum perkuliahan dimulai.
Aku pun terbangun dan menyaksikan teman-temanku sudah siap dengan kostum kuliah mereka masing-masing. Berbalik sekali dengan keadaanku yang baru bangun, wajah masih berhias minyak, lusuh, dan bahu mengkerut-membungkuk.
Satu-satu kukumpulkan tenagaku untuk bangkit. Meja makan menjadi benda pertama yang kuhampiri. Ada makan pagi yang sudah disiapkan temanku untukku. Sebenarnya aku malas makan, hanya saja aku mencoba untuk menghargai perhatian dan kepedulian teman-teman yang sudah berinisiatif menyiapkan makan pagi untukku. Sambil menyantap mie goreng dan ayam goreng krispi, aku mengamati teman-temanku yang mondar-mandir di depanku, menuju satu tempat ke tempat yang lain (sebenarnya mereka mencari cermin yang tidak terpake, hehe).
Jam di hpku suda menunjukkan pukul 09.30 WITA. Aku telat satu jam, tapi sungguh saat itu aku tidak merasa bahwa keterlambatanku adalah sebuah masalah karena sebenarnya aku berencana untuk tidak kuliah hari itu tapi kemudian aku mencoba untuk memaksakan diri mengikuti perkuliahan.
Dengan santai dan sedikit cuek, aku memasuki ruang kuliah. Teman-teman sedang berkumpul di dua titik, ooh ternyata lagi ice breaking. Beberapa teman yang menyadari kedatanganku dan juga menyadari keterlambatanku menyambutku dengan pertanyaan
“Eh, Afah. Ada apa?”
Hemm, mungkin mereka mau bertanya kenapa aku baru datang? Kenapa aku terlambat? Ada apa?
Tapi aku tak mengacuhkan pertanyaan teman-teman, bahkan melihat wajah merekapun tidak kulakukan, Aku hanya sibuk melayangkan pandanganku ke deretan kursi untuk mencari kursi yang masih kosong.
Yeaa, masih ada yang kosong (dan memang seharusnya masih ada yang kosong) tepat di dekat meja pemateri. No Problem !!!
Akupun duduk dan mengamati teman-teman yang masih berada dalam drama ice breaking. Yaa mereka sangat bersemangat…
“Eh, ada Afah… akhirnya datang juga”
Aku hanya tertawa kecil mendengar sambutan dari salah satu teman sepaviliumku (aku memanggilnya kak Darma) yang tadinya mengira kalau aku tidak akan kuliah hari ini. Dia menyalamiku sambil mengatakan sesuatu yang membuatku malu, hehe..
Si ketua kelas hari itu (Kak Anci) mulai resah karena pemateri belum juga datang itu artinya dia harus menyiapkan ice breaking lagi untuk mengisi waktu sampe pemateri datang dan siap menyampaikan materinya. Aku hanya tertawa dengan suara yang hanya bisa didengar oleh telingaku sendiri ketika si ketua kelas mengeluh dengan resah “Kok Pematerinya belum datang sih?”
Dan memang benar, dia kembali memimpin ice breaking. Hanya sekedar informasi bahwa itu adalah ice breaking ketiga yang sempat saya lihat.
Tepat jam 09.00 WIB, pemateri datang. Singkat kata, sang pemateri menjelaskan beberapa materi dasar dalam membuat suatu tulisan sampai waktu break pagi tiba. Pada saat break, aku betul-betul memantapkan hati untuk bolos kuliah. Aku pergi meninggalkan tasku di kelas.
Sesampainya di pavilium kulanjutkan tidurku sambil memeluk laptop merahku. Tadinya, aku berencana untuk membaca ulang tulisan yang sudah kuselesaikan tadi pagi tapi tiba-tiba saja kantuk menyerangku dan aku kalah.
Lagi-lagi kurasakan tangan hangat temanku yang menyentuh kakiku. Dan lagi-lagi temanku membangunkan aku untuk makan siang. Satu persatu teman sepaviliumku datang dan menyuruhku makan, ada juga yang meraba keningku mungkin khawatir kalau aku sedang sakit.
“Makan dulu dek…” Kata Kak Vita.
“Iya, nanti saja. Saya mau shalat dulu” Jawabku
“Nanti aja shalatnya dek. Makan dulu supaya segar dan berenergi lagi” Tegas kak Vita. Aku nurut dan mangguk-mangguk.
“Makan dek, tuh ada bakso. Nanti baksonya dingin lo” Tambah si Opa. Sebenarnya namanya Kak Wana cuma teman-teman memanggilnya opa, aku dipangil ipin dan ada juga yang dipanggil upin. Ku jawab dengan aksi menuju meja makan.
Aku makan sendiri.
Pavilium kosong, teman-teman sudah kembali ke kelas untuk melanjutkan kuliah.
Kupercepat makanku kemudian shalat dhuhur. Sendiri juga…
Setelah shalat dhuhur, sedikit intropeksi di depan Rabb dan menanyakan apa yang terjadi dengan diriku hari itu. Ku katakan pada Rabb bahwa yang kuinginkan adalah motivas internal bukan motivasi eksternal yang bisa habis kapanpun. Akhirnya aku sadar bahwa larut dalam ciutnya motivasi hanya akan lebih menciutkan motivasiku. Satu-persatu rencana mulai kususun kembali. Ya, setelah ini aku harus memperbaiki tulisanku, aku harus mencuci, aku harus mengangkat cucianku yang sudah kujemur tadi pagi, aku harus mencuci sepatuku yang masih menyisakan lumpur pada waktu out bond, aku harus aku harus aku harus.
Aku kemudian bangkit lagi…
Satu-persatu kukerjakan semuanya…
Alhamdulillah ya Rabb !!